Sabtu, 03 Mei 2014

Asal-Usul Peringatan Maulidin Nabi saw

Asal-Usul Peringatan Maulidin Nabi saw.

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pertama kali diselenggarakan oleh Muzaffar ibn Baktati, raja Mesir yang terkenal arif dan bijaksana. Sedangkan pencetus ide peringatan adalah panglima perangnya, Shalahuddin Yussuf Al-Ayubi (abad ke-6 M), sosok pemimpin pasukan Islam yang pernah mengalahkan pasukan Kristen dalam Perang Salib. Shalahuddin juga merupakan panglima Islam di masa Khalifah Muiz Liddinillahdari dinasti Bani Fathimiyah di Mesir (berkuasa 365 H/975 M). Seperti disebutkan dalam Ensiklopedia Islam untuk Pelajar, ia kemudian juga gigih menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi dari tahun ke tahun di masanya. Mengapa Shalahuddin merasa perlu mengadakan peringatan Maulid? 
Sang panglima berpendapat, ketika Perang Salib terjadi, motivasi umat Islam sangat menurun, sementara motivasi pasukan Salib (Kristen) meningkat. Hal ini tentu tidak kondusif bagi pasukan Islam, sehingga Shalahuddin merasa perlu membangkitkan kembali semangat umat Islam sebagaimana umat Kristen dengan perayaan Natal-nya. Maka sang panglima ini kemudian mengadakan peringatan hari lahir Muhammad SAW yang kemudian dikenal dengan sebutan Maulid Nabi. Bila dalam peringatan Natal kaum Kristen dikisahkan tentang keagungan Yesus, maka dalam peringatan Maulid Nabi, Shalahuddin menggemakan kisah perang yang dilakukan Nabi SAW. Tapi belakangan, yang dibacakan pada acara peringatan Maulid tersebut berubah, bukan lagi kisah perang, melainkan kisah lahir dan hidup sang Nabi SAW. Kisah perang tampaknya dianggap tak lagi relevan lagi. Kini, meskipun tak ada lagi perang fisik di kalangan umat Islam, peringatan Maulid Nabi tampaknya masih perlu dilakukan. Selain dimaksudkan untuk meneladani akhlak Muhammad SAW, peringatan Maulid juga diperuntukkan untuk perang yang lebih besar, yakni perang melawan hawa nafsu, kemungkaran, dan kemaksiatan. Krisis berkepanjangan bangsa Indonesia saat ini, antara lain disebabkan meraja lelanya kemaksiatan, kemungkaran dan tidak adanya penegakan nilai-nilai moral. Hawa nafsu lebih mendominasi kehidupan umat manusia saat ini ketimbang moral. Perang dalam bentuk non-fisik inilah yang dinilai lebih berat dari perang fisik. Apalagi di tengah perkembangan globalisasi saat ini, yang tak jarang memperlemah semangat keimanan umat Islam, maka peringatan Maulid Nabi SAW menjadi sangat penting.

Jadi sekarang ini tujuan utama dalam peringatan maulid Nabi adalah dalam rangka menumbuhkan kecintaan umat Islam kepada Rasulullah saw. dengan mempelajari sejarah beliau dan akhlak beliau, karena Syeh Muhammad Nawawi bin Umar Al Banteniy dalam kitabnya "Qomiuth Tughyan" sarah dari kitab Suaibul Iman yang dikarang oleh Syeikh Zainuddin bin 'Ali menjelaskan bahwa: termasuk cabang Iman yang ke 14 dan 15 adalah Mencintai Rasulullah saw. dan Mengagungkan Derajat Nabi Muhammad saw.

Nabi Muhammad saw. telah bersabda:

لاَ يُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى اَكُوْنَ اَحَبَّ اِلَيْهِ مِنْ نَفْسِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ اَجْمَعِيْنَ .

Artinya: "Tiadalah salah seorang dari kalian beriman, sehingga aku lebih dicintai olehnya dari pada dirinya, hartanya, anaknya, orang tuanya dan manusia semuanya".

Yang dimaksud dengan manusia dalam hadits ini adalah selain orang-orang yang telah disebutkan, seperti: kerabat, kenalan, tetangga, teman, dan lainnya. Menyintai Rasulullah saw. adalah perwujudan dari mencintai Allah ta'ala, demikian pula mencintai ulama' dan orang-orang yang bertaqwa, karena Allah ta'ala mencintai mereka itu, sedang mereka juga mencintai Allah. Dan semuanya itu kembali kepada kecintaan yang asli dan tidak boleh melampauinya; karena pada hakekatnya, sama sekali tidak ada yang dicintai bagi orang-orang yang tajam pandangan mata hatinya, kecuali Allah ta'ala. Dan sama sekali tidak ada yang berhak untuk dicintai kecuali Dia. 

15. Mengagungkan derajat Nabi Muhammad saw.
Yang dimaksudkan dengan mengagungkan derajat Nabi Muhammad saw. ialah mengetahui ketinggian derajatnya; menjaga tata krama dan sopan santun pada waktu menyebut nama beliau dan mendengar nama serta hadits beliau; memperbanyak membaca shalawat atas beliau; dan memusatkan perhatian dalam mengikuti sunnah beliau. Dalam surat Al Hujuraat ayat 2 Allah swt. berfirman:

يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لاَ تَرْفَعُوْا اَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلاَ تَجْهَرُوْا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ اَنْ تَحْبَطَ اَعْمَالُكُمْ وَاَنْتُمْ لاَ تَشْعُرُوْنَ . 
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya suara sebagian dari kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus pahala amalmu sedangkan kamu tidak menyadari".

Dari sini jelaslah bahwa tujuan peringatan Maulid Nabi adalah mulya karena untuk menumbuhkan kecintaan kepada Rasulullah saw dan Mengagungkannya, yang keduanya merupakan dua cabang Iman. 

Dengan tujuan tersebut apakah benar masih dikatakan bahwa peringatan Maulid Nabi dilarang? 
Walhasil. barangsiapa yang melarang pelaksanaan peringatan Maulid Nabi dengan tujuan di atas, maka tidak lain orang tersebut orang yang tidak punya iman dan kecintaan kepada Rasulullah saw.

1 komentar: